KiranyaTuhan yang Maha Pengampun menolong kita dalam merayakan Natal dapat pula mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan dengan rendah hati mengakui keselahan kita kepada orang yang kepadanya kita telah bersalah, tidak membawanya memasuki Tahun yang baru. Mengampuni adalah melepaskan hak untuk membalas atau menghukum kembali.
Beberapa minggu sebelum Natal, kita telah mendengar banyak lagu Natal yang dikumandangkan di berbagai departement store, demikian pula dengan sales tahunan yang disertai kehadiran Santa Claus di mana-mana. Natal memang telah menjadi milik dunia, namun sayang sekali makna dan tujuan Natal yang hakiki telah dilupakan. Natal yang spiritual telah menjadi Natal yang karena itu melalui Renungan Natal sederhana dan singkat ini marilah kita menelaah kembali makna dan tujuan Natal yang semula. Dalam nubuatan Nabi Yesaya, salah satu nama yang diberikan kepada Yesus, sang bayi Natal; adalah Raja Damai Yesaya 65 Salah satu tujuan Natal, kedatangan Tuhan ke dunia adalah untuk memperdamaikan kembali segala relasi yang telah dirusak oleh dosa. Oleh karena dosa maka relasi manusia dengan Allah, sesama, lingkungan dan diri sendiri telah terputus. Dan Yesus datang untuk memulihkan semuanya itu. Kerusakan Akibat Dosa Dalam Kitab Kejadian dinyatakan bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah, di dalam diri manusia terdapat sebahagian dari atribut Allah seperti intelek, emosi dan kehendak. Bahkan oleh penginjil Lukas Adam, disebut sebagai “anak Allah” Kejadian 126, Lukas 338. Sebenarnya manusia mempunyai posisi dan relasi yang sangat istimewa dengan Allah dibanding dengan mahluk ciptaan lainnya. Namun sayang sekali karena dosa nenek-moyang kita, karena ketidak-taatan serta pelanggaran Adam dan Hawa terhadap perintah Allah untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat yang terdapat dalam taman Eden Kejadian 216, maka posisi dan relasi tersebut hancur. Bahkan relasi dengan sesama, lingkungan serta diri sendiri juga berantakan. Karena dosa terjadilah kerusakan yang menyeluruh dalam kehidupan umat manusia! Selain murka Allah dan pengusiran manusia keluar dari taman Eden yang mengakibatkan putus hubungan manusia dengan Allah, dalam hubungan antar manusiapun terjadi saling berbencian. Adam menyalahkan Hawa dalam peristiwa pelanggaran tersebut dan Hawa menyalahkan si ular, mungkin karena takut kepada suaminya. Konflik keluarga dan gejala tersebut masih terus berlangsung sampai sekarang dalam banyak kehidupan rumah-tangga, sehingga perceraian dan orang-tua tunggal makin meningkat akhir-akhir ini. Demikian pula antara saudara sekandung terjadi kebencian. Kain si sulung sampai membunuh Habel, yang persembahannnya diterima Allah. Konflik dan gejala inipun masih terus berlangsung sampai sekarang. Khususnya bila kita meperhatikan kebencian dan kekerasan yang dilakukan oleh sesama saudara sebangsa oleh karena perbedaan kepercayaan. Misalkan yang terjadi di Irlandia antara Kristen Protestan dan Katholik, yang tak pernah berhenti sampai sekarang. Khusus bagi kita masyarakat Indonesia; perusakan, penghancuran dan pembakaran Gereja yang marak tahun ini di tanah air, serta dianiaya serta tewasnya beberapa hamba Tuhan dalam peristiwa-peristiwa tersebut merupakan suatu bukti masih sangat hangat. Akibat dosa manusia maka bumipun terkutuk dan lingkungan menjadi rusak, di mana manusia harus bersusah payah mencari nafkahnya Kejadian 317-19. Oleh karena itu tidak heran bila banyak orang berteriak ”Susah!”, menjelang Natal, Tahun Baru, Lebaran dan Imlek mendatang! Akibat parah yang lain karena dosa adalah putusnya relasi manusia dengan dirinya sendiri. Setelah Adam dan Hawa tahu bahwa mereka telajang, mereka tidak bisa menerima diri mereka sendiri, mereka malu dan menyembunyikan diri Kejadian 37-10. Gejala penolakan terhadap diri sendiri hingga sekarang masih terus berlansung. Betapa banyak orang yang tidak bisa menerima dirinya lalu membunuh diri, lari ke obat terlarang atau pergaulan bebas bahkan menjadi anti sosial, sebagai tempat persembunyian. Di tengah dunia dan kehidupan umat manusia yang hancur itulah Yesus Kristus datang di hari Natal untuk membawa damai yang menyeluruh, itulah makna dan tujuan Natal yang sebenarnya. Adakah kita mengalaminya? Tanpa mengalami perdamaian yang menyeluruh tersebut sesungguhnya Natal tiada bermakna bagi anda, sekalipun anda merayakannnya dengan sangat meriah dan mendapatkan semua hadiah yang didambakan. Perdamaian Empat Dimensi Perdamaian pertama yang harus kita alami adalah perdamaian dengan Allah, yang Maha Pengasih. Allah mencipta manusia adalah agar manusia dapat menikmati kasih Allah. Karena Allah adalah kasih I Yohanes 48, dengan sendirinya membutuhkan obyek. Allah bukanlah Allah yang egois, hanya mau saling mengasihi antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kasih Allah membutuhkan obyek, maka Allah mencipta manusia yang serupa dan segambar dengan DiriNya, mahluk yang mampu menikmati kasih Allah. Bahkan setelah manusia memberontakpun Allah tetap mengasihinya ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 316. Ini adalah ungkapan kasih yang luar biasa. Manusia yang berdosa tidak sanggup mencari dan kembali kepada Allah, hanya karena kasihNya maka Ia telah datang dan mencari manusia agar kembali kepadaNya, berdamai denganNya. Biasanya kalau ada dua negara sedang bermusuhan adalah wajar bila negara yang lemah meminta berdamai kepada negara yang kuat. Namun dalam peristiwa Natal justru yang terjadi sebaliknya, Allah yang Maha Kuasa dan Kudus-lah yang menawarkan perdamaian bagi umat manusia yang berdosa, lemah dan najis. Dan perdamaian itu hanya bisa terlaksanan melalui kematian Yesus Kristus yang lahir di hari Natal itu Efesus 216, Kolose 120. Apabila tawaran perdamaian Allah kita sambut maka kita menerima pengampunan dosa, penebusan dari hukuman Allah, hidup kekal dan mempunyai hak kembali menjadi anak Allah seperti Adam sebelum jatuh dalam dosa. Namun apabila kita menolaknya maka pengadilan dan murka Allah-lah yang menanti kita sebab Alkitab/Firman Allah mengatakan”Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” Ibrani 927. Maukah di masa raya Natal ini anda menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan berdamai dengan Allah sambil berdoa”Ya Bapa di sorga, saya mengaku orang berdosa yang memberontak dan menjadi seteru Allah. Namun saya bersyukur di hari Natal Dikau telah mengutus Putra-mu yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus lahir di Betlehem untuk mati di Golgota; disalibkan menggantikan saya yang berdosa ini. Ampuni dan angkatlah dosa-dosa saya serta terimalah saya kembali menjadi anak-Mu. Amin” Damai dimensi kedua yang perlu kita alami adalah perdamaian dengan sesama kita. Entah sesama anggota keluarga, sanak-keluarga lain, anggota persekutuan atau seseorang yang telah bersalah kepada kita. Salah satu penghambat dalam pertumbuhan rohani/iman orang Kristen adalah mendendam atau menyimpan kesalahan seseorang dan tidak mau mengampuni dosa/kesalahan orang tersebut. Biarlah di masa raya Natal ini semangat pengampunan Allah yang dinyatakan dengan penjelmaan-Nya menjadi manusia untuk menanggung dosa umat manusia memberi kita inspirasi dan dorongan untuk mengampuni pula orang yang berdosa kepada kita. Ingatlah pepatah yang mengatakan “To err is human, to forgive is divine” dan “Humanity is never so beautiful as when praying for forgiveness or else forgiving another”. Namun disamping itu, kita yang telah berdosa atau bersalah kepada sesama kita, marilah dengan semangat kerendahan hati Allah yang mau menjadi bayi dan lahir dipalungan hina, mengakui kesalahan kita dan meminta maaf kepada orang yang kepadanya kita telah bersalah. Ketinggi-hatian adalah penghambat utama pertumbuhan rohani/iman kita. Ingatlah peringatan yang berbunyi “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Amsal 1618. Kiranya Tuhan yang Maha Pengampun menolong kita dalam merayakan Natal dapat pula mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan dengan rendah hati mengakui keselahan kita kepada orang yang kepadanya kita telah bersalah, tidak membawanya memasuki Tahun yang baru. Mengampuni adalah melepaskan hak untuk membalas atau menghukum kembali. Sudahkah di hari Natal ini anda melepaskan hak tersebut, seperti Allah yang telah melepaskan hak-Nya untuk menghukum anda? Semoga ada perdamaian diantara kita. Perdamaian dengan sesama kita Dimensi ketiga perdamaian oleh Yesus Kristus, adalah aspek perdamaian yang sering dilupakan oleh umat Kristen, yaitu perdamaian dengan lingkungan. Bukan saja dengan alam sekitar tetapi juga dengan masyarakat sekitar waktu lalu diadakan sebuah konferensi internasional membahas usaha-usaha untuk mengurangi kepanasan bumi. Konferensi tersebut adalah konferensi yang kesekian-kalinya diadakan sebagai pernyataan keprihatinan dunia internasional terhadap bumi yang makin panas ini. Akibat kesukaran mencari nafkah dan ketamakan manusia akan harta maka manusia tidak segan-segan merusak lingkungan sekitarnya demi kekayaan. Pembakaran hutan, pembuangan limbah ke sembarang tempat dan pencemaran lingkungan sudah menjadi “hobby” kaum pengusaha demi profit yang akan diperolehnya. Di dalam arena ini kaum Kristen nampaknya kurang terlibat, mungkin kuatir disebut pengikut New Age, seperti VP Al Gore tersebut. Namun demikian di masa raya Natal ini janganlah kita lupa bahwa justru melalui kelahiran Yesus Kristus dipertemukanlah kaum elit, yaitu para majus dan rakyat jelata, para gembala di kandang Betlehem. Biarlah di masa raya Natal ini kita diingatkan kembali akan panggilan kita untuk menciptakan perdamaian dengan lingkungan masyakarat sekitar kita. Khususnya di tengah era globalisasi dan masyarakarat yang serba majemuk dan pluralistik ini. Kita hidup di tengah masyarakat yang beragam suku, ras, agama dan sebagainya. John Naisbit dalam bukunya yang populer “Global Paradox“, mengungkapkan bahwa bangsa-bangsa kini banyak yang ingin indipenden, berdiri sendiri secara politik namun dalam ekonomi bergantung satu dengan yang lain, ini adalah suatu paradoks. Dalam mewujudkan perdamaian dengan lingkungan, prinsip paradoks tersebut dapat pula kita terapkan. Di dalam keeksklusifan iman kepercayaan kita yang mengakui satu-satunya Juruselamat ialah Yesus Kristus yang lahir di hari Natal itu adalah Allah yang menjelma jadi manusia, janganlah kita hidup secara eksklusif. Kita harus dapat memasukan semua masyarakat dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda serta yang berkemauan baik, dalam usaha-usaha bersama untuk perbaikan dan peningkatan kehidupan masyarakat di mana kita ditempatkan Tuhan. Kita harus membedakan bahwa mengargai dan menerima mereka bukan berarti mengakui kebenaran kepercayaan mereka. Apapun latar belakang suku dan agama mereka, mereka adalah juga sesama umat manusia yang adalah gambar dan rupa Allah dan bagi mereka juga Allah telah datang. Semoga dengan semangat Natal, di mana Yesus Kristus datang untuk memperdamaikan seluruh umat manusia di dalam diri-Nya kita meperbaharui sikap dan tindakan kita terhadap lingkungan dan masyarakat. Bukankah Yesus berkata “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Matius 59 Dimensi keempat atau terakhir yang perlu diperdamaikan dalam Yesus Kristus adalah diri kita sendiri. Perdamaian dengan diri sendiri adalah sangat penting karena sikap terhadap diri sendiri akan mempengaruhi kepribadian dan tindakan kita sebagai anak-anak Allah. Tidak sedikit orang percaya yang tidak dapat menerima dirinya, baik secara fisik dan terutama kepribadian. Penolakan kepada diri sendiri adalah juga salah satu penghambat besar bagi pertumbuhan rohani/iman kita. Khususnya bagi orang yang merasa dan menganggap dirinya seorang yang gagal. Gagal sebagai suami atau isteri seperti Adam dan Hawa itu, gagal sebagai anak seperti Kain itu, gagal sebagai ayah seperti si imam Eli itu, bahkan gagal sebagai hamba Tuhan seperti nabi Elia itu. Semua kita cenderung untuk tidak dapat menerima diri yang gagal karena kita hidup di tengah dunia yang serba menuntut kesuksesan dan achiement. Perasaan gagal tersebut mengakibatkan depresi dalam hidup dan kita kehilangan sukacita. Lewis seorang filsut dan theolog Inggris berkata “I think if God forgives us, we must forgive ourselves. Otherwise it is almost like setting up ourselves as a higher tribunal than Him.” Semoga saat merayakan Natal ini dengan penuh kerendahan hati dan pengucapan syukur kita dapat menerima dan mengampuni diri kita sendiri sebagaimana Yesus Kristus yang di palungan menerima dan mengampuni setiap orang yang datang pada-Nya entah para majus ataupun gembala itu. Ingatlah bahwa di hari Natal, Allah telah menjelma menjadi manusia malah sebagai bayi kecil dan lemah dengan segala keterbatasan manusia, karena Ia dapat menerima pula diri-Nya sebagai manusia, bahkan Ia pun dapat dicobai sekalipun Ia tidak berdosa. Kiranya Tuhan menolong kita semua setelah keterputusan hubungan yang menyeluruh akibat dosa, melalui Yesus Kristus kita diperdamaikan dengan sempurna di dalam Dia yang sempurna dalam hubungan kita dengan Allah, sesama, lingkungan dan diri sendiri. “Selamat Hari Natal dan Selamat Tahun Baru”
Sebab Natal bukan perayaan meriah tanpa arti seperti yang disampaikan Michael Ross-Watson dalam buku Promise -- The True Meaning of Christmas. Nah, membaca dan menggali buku renungan karya Michael Ross-Watson ini dapat menjadi pilihan kita untuk mengisi dan merayakan masa Adven secara berarti.
Dec 24, 2015 in church Selamat hari Natal kepada teman-teman semua. Saya senang bila teman-teman turut mendapatkan berkat melalui website yang berisi refleksi dan perenungan pribadi mengenai kehidupan Kristen dan juga pengalaman-pengalaman kami. Website ini telah berkembang hampir 3 kali lipat di tahun 2015, semenjak perubahan di tahun 2013 yang lalu. Jumlah pengunjung website menjadi hampir 2,5 kali lipat dan jumlah halaman yang dibaca naik 2 kali lipat. Dan dalam artikel ini masih dalam suasana Natal, ijinkan saya membagikan perenungan Natal Apa makna Natal bagiku? Apa Makna Natal? Apa Makna Natal Bagiku Pertanyaan ini semestinya ada dalam benak kita sepanjang tahun, tidak hanya saat pohon Natal dihias dan lantunan musik dan lagu Natal dimainkan di bulan Desember saja. Apa makna Natal? Adakah Natal membawa perubahan dalam diriku? Adakah Natal membuatku belajar tentang Allah? Mari kita bersama-sama merenungkannya seperti yang tertulis dalam Lukas 2. Kehadiran Allah di dalam dunia dalam rupa Yesus menunjukkan sedemikian besarnya kasih Allah. Ketika dulu bangsa Israel berkhianat dan menentang perjanjian dengan Allah dan melawan segala Nabi dan firman yang disampaikan Allah, Allah menghukumnya dengan pembuangan ke negeri Babel. Suasana Israel dan Yehuda juga porak-poranda akibat dihancurkan oleh Babel dan Asyur. Namun, meskipun begitu, Allah tidak berarti membenci dan selamanya meninggalkan umat-Nya. Allah memberikan harapan baru lewat kelahiran Mesias di kota Betlehem, yang kita rayakan sebagai hari Natal. Para gembala menjadi saksi pertama berita sukacita tersebut. Mereka yang pertama mendapatkan kabar kelahiran sang Mesias yang disampaikan oleh para Malaikat Lukas 28-14. Sungguh menarik mengetahui bahwa para Malaikat tidak hanya ditugaskan menyampaikan kabar kelahiran Yesus kepada para gembala saja, namun juga para Malaikat memuji Allah bersama dengan sejumlah besar bala tentara sorga. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” Lukas 214. Kita dapat melihat begitu besarnya sukacita sorga menyambut kedatangan Allah ke dunia. Di sinilah kita memahami sesungguhnya apa makna Natal bagi diri kita. Natal adalah di mana Allah sepatutnya dimuliakan oleh seluruh alam semesta. Seluruh alam semesta akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti yang disampaikan dalam Habakuk 214. Seluruh umat akan memuji dan mengagungkan Allah Mahakuasa dan Maha Ajaib atas karena karya-Nya yang agung. Di sinilah kita memahami makna Natal. Natal adalah momen di mana kita kembali diingatkan untuk senantiasa mengagungkan dan meninggikan Allah sang Pencipta yang Maha Kasih dan Maha Rahim. Pengenalan akan Allah yang Maha Kasih lewat momen Natal itulah yang membawa damai sejahtera di bumi. Semakin kita mengenal Allah dan kasih Allah, kita akan semakin bersyukur, dan mendapatkan damai sejahtera dalam hidup. Apakah Natal itu? Mengapa Allah harus datang ke dalam dunia dalam Yesus? Alasannya untuk menunjukkan dan memperlihatkan kemuliaan dan keajaiban kasih Allah. Lewat Natal kita memahami Allah bukannya Allah yang jauh dan tidak peduli, namun Allah yang sangat kasih dan memperhatikan kita satu per satu. Pengenalan akan Allah inilah yang akan memberikan sukacita dan damai sejahtera bagi kita dalam menjalani kehidupan. Meskipun ada masalah dan tantangan yang berat menghadang, kita percaya Allah tidak berubah dan mempedulikan kita satu per satu. Inilah makna Natal bagiku. Dan alangkah bahagianya mendapati teman-teman juga merasakan sukacita yang sama dari Allah. Sekali lagi saya mengucapkan selamat hari Natal bagi kita semua! Syalom! Sumber gambar Recommended for you
Nataladalah perayaan imani Allah menjadi manusia kita berjuang dan Allah masuk kedalam dunia ini menjadi manusia untuk berjuang bersama kita. Ia datang ke dunia untuk memberi kekuatan bagi kita manusia bahwa perjuangan manusia di dunia tidaklah sia-sia. Berbeda dari biasanya, perayaan Natal tahun 2020 digelar di tengah situasi pandemi Covid-19. bagusp Official Writer Apakah arti Natal yang sesungguhnya? Sekarang sudah dekat masa natal dan tiap orang mempunyai makna natal yang berbeda-beda. Apakah sebenarnya makna natal bagi kita orang yang percaya? Setiap orang memaknai arti cinta dalam makna yang berbeda-beda tapi ada satu kata yang selalu kita ingat ketika menyebutkan kata cinta, yaitu pengorbanan. Lalu apa yang dimaksud dengan pengorbanan ? Pengorbanan adalah suatu tindakan yang kita lakukan dengan atau tanpa diketahui orang tersebut untuk membuat mereka merasa bahagia tanpa mengharapkan timbal balik. Sehingga sangat wajar jika perasaan tanpa memiliki hati yang rela berkorban tidak bisa kita sebut sebagai cinta. Apapun pasti akan kita lakukan untuk membuat orang yang kita cintai bahagia tanpa memperdulikan apakah hal tersebut akan menguntungkan atau merugikan bagi diri kita sendiri. Hal ini yang dilakukan oleh Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu, Dia datang ke bumi untuk melepaskan belenggu dosa yang mengikat manusia dan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya walaupun Dia sudah mengetahui secara pasti rasa sakit atas penolakan, hinaan dan siksaan yang Dia akan dialami selama berada di dunia. Semua itu Tuhan lakukan karena sangat mencintai manusia, Dia tidak ingin kita masuk ke dalam hukuman yang kekal, yaitu neraka. Baca Juga Dehidrasi Rohani Buat Kita Tinggalkan Makna Natal Sesungguhnya, Kenali 5 Tandanya Ini Lalu kenapa Tuhan menciptakan neraka, jika Tuhan tidak mau manusia masuk ke dalamnya ? Tidak pernah terpikir sedikit pun oleh Tuhan ketika Tuhan menciptakan Adam dan Hawa untuk manusia masuk ke dalam neraka karena sebenarnya Tuhan ciptakan untuk menghukum Lusifer dan para malaikat yang memberontak di surga. Namun ketika manusia jatuh ke dalam dosa dan Tuhan adalah Allah Maha Adil dan Allah Maha Kasih, Tuhan harus bersikap adil untuk tetap menghukum manusia, karena itu Tuhan rela untuk meninggalkan segala kenyaman-Nya lalu datang ke dalam dunia menjadi seorang manusia untuk menggantikan posisi kita untuk menanggung hukuman yang seharusnya kita dapatkan. Sehingga atas pengorbanan-Nya kita terbebas dari belenggu dosa dan kita memiliki kesempatan untuk bisa tinggal bersama-sama dengan-Nya di surga. Di atas adalah sepintas tentang pengorbanan yang Tuhan lakukan untuk kita dan pada tanggal 25 Desember ini ada momen spesial yang sudah kita tunggu-tunggu. Kita akan memperingati hari kelahiran Tuhan Yesus ke dalam dunia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Natal. Apa yang terlintas dalam benak kalian jika mendengar kata “Natal”? Berkumpul dengan keluarga, bertukar hadiah, big sale Christmas di mall-mall, liburan akhir tahun atau kalian membayangkan bonus akhir tahun? Terlepas dari itu semua, kita harus benar-benar memaknai arti natal sesungguhnya, karena di momen ini kita mengetahui seberapa besar pengorbanan yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Namun permasalahannya banyak dari kita yang menganggap Natal sebagai perayaan tahunan yang biasa saja, disinilah kita harus merubah pola pikir kita. Natal bukan hanya sekedar perayaan dengan datang ke gereja karena Natal adalah hari peringatan atas kelahiran Raja diatas segala Raja, yaitu Tuhan Yesus. Lalu, hal apa yang bisa kita lakukan untuk memaknai pengorbanan Tuhan di momen kelahiran-Nya ? Memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan Banyak hal yang bisa membuat kita kehilangan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyakit-Nya, sebagai contoh Masalah, zona nyaman, kesuksesan, pekerjaan, sekolah, pacar, dll. Semua hal itu membuat kita menjauh dari Tuhan, kasih mula-mula yang kita miliki mulai tergerus. Jika hal ini mulai terjadi ingatlah betapa Tuhan mencintai kita dan telah membuktikan cinta-Nya dengan lahir di dunia untuk menebus semua dosa-dosa kita, sehingga sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk terus melekat didalam-Nya. Di momen natal ini merupakan momen yang tepat untuk kita memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan, perbaharui komitmen-komitmen sebagai anak-anak Kristus. Membuat target baru dalam bidang rohani dan menjadi berkat Setelah kita memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan, alangkah baiknya jika kita membuat target-target baru untuk meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita. Sebagai contoh Menemukan panggilan hidup, sangat penting bagi kita menemukan panggilan hidup kita karena dari sana kita bisa menjadi berkat bagi orang-orang disekitar kita dan terus bertumbuh hingga menjadi anak-anak Tuhan yang dewasa. Menemukan talenta yang kita miliki, talenta adalah anugrah yang Tuhan berikan kepada kita, berkembang atau tidak berkembang talenta adalah pilihan kita masing-masing. Melalui talenta yang kita miliki inilah Tuhan ingin berkarya di dalam-Nya untuk memberkati orang lain maupun memberkati diri kita. Memang Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk membalas kebaikan-Nya, namun kita harus menyadari apa yang sudah menjadi tugas kita sebagai anak-anak-Nya, yaitu tidak menyia-yiakan pengorbanan-Nya. Kedua tindakan di atas adalah sedikit contoh yang bisa kita lakukan untuk tidak menyia-yiakan pengorbanan-Nya dan memaknai momen natal lebih lagi. Mari kita berlomba-lomba untuk menjadi anak-anak Tuhan yang penuh dengan kemenangan dan mencapai garis akhir perlombaan. Selamat memaknai hari kelahiran Tuhan. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” - 2 Timotius 47 Sumber Halaman 1 Natalmengajarkan kita kasih, kesederhanaan dan pengorbanan. 3 Makna Natal yang Perlu kita Renungkan Bersama: 1. Natal Mengajarkan Kita Tentang Kasih Karena Allah mengasihi manusia, maka ketika manusia jatuh dalam dosa Allah mengambil keputusan untuk berinkarnasi menjadi manusia. Fokus Hidup – “Apa makna Natal menurut Alkitab? Bagaimana peristiwa Natal di mata Orang Majus? Apa yang dilakukan oleh Orang Majus dalam merespons kabar baik mengenai Natal? Simak artikel yang berjudul Natal Menuntun Kita Kepada-Nya ini dengan seksama. Artikel ini merupakan penjelasan detail dari artikel ringkasan khotbah yang dipublish sebelumnya, berjudul “3 Cara Mengalami Tuhan Tuhan, Penting Disimak…“. Latar Belakang Natal Natal berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis Hari Lahir. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse 1038 atau Cristes-messe 1131, yang berarti Misa Kristus. Natal berarti kelahiran Kristus yang pernah terjadi di dalam dunia. Natal diperingati setiap tanggal 25 Desember. Tetapi jika dipelajari dengan seksama, maka kita akan menemukan bahwa Tuhan Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, sebab pada bulan Desember jatuh pada musim dingin atau salju, sehingga tidak mungkin para gembala-gembala ada di padang menjaga domba-dombanya Luk 28. Jadi Yesus tidak lahir pada bulan Desember. Di sisi lain, kelahiran Tuhan Yesus yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember merupakan proses sejarah. Baca juga GENERASI PENYEMBAH TIGA CARA MENJADI PENYEMBAH Menurut sejarah, melalui Konsili tahun 325, Konstantinus I, kaisar Romawi pertama yang menjadi Kristen, memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Dalam upaya untuk membuat kekristenan diterima dan penyembah dewa-dewa beralih menyembah Sang Pencipta alam semesta, maka ditetapkanlah tanggal 25 Desember yang diperingati oleh masyarakat non Kristen sebagai hari kelahiran dewa matahari yang tak terkalahkan, menjadi memperingati hari kelahiran Kristus. Pemujaan terhadap dewa matahari pada setiap 25 Desember, telah berpindah kepada perayaan Natal. Kemeriahan pun terjadi, dimana orang Kristen merayakan Natal, tetapi juga non Kristen merayakan kelahiran dewa matahari. Mungkin hal inilah yang melatar belakangi Natal menjadi sebuah perayaan yang meriah, di tambah lagi perkembangan sejarah dan munculnya Santa Klaus, Pohon Natal, dlsb., membuat semakin lengkaplah kemeriahan Natal, hingga saat ini. Padahal kelahiran-Nya atau Natal menutun kita untuk mengenal Dia. Bolehkah Merayakan Natal? Ada yang berpendapat bahwa orang Kristen tidak boleh merayakan Natal karena awalnya adalah perayaan memperingati hari lahirnya dewa matahari. Memang awalnya demikian, tetapi hal itu merupakan upaya agar banyak orang percaya, mengenal, bahkan beralih menyembah kepada Tuhan yang benar. Dan kita bebas memilih mau merayakan atau tidak, tetapi ingat Kristus pernah lahir ke dunia. Tidak ada salahnya kita merayakan Natal dengan kemeriahan dan kita juga bersyukur dunia mengakui bahwa Sang Juruselamat pernah lahir di dunia, sebab dunia juga memeriahkan hari Natal. Sayangnya Natal sudah menjadi budaya dan kemeriahannya terasa melalui ornamennya saja, bukan karena menyadari “kasih-Nya” besar. Karena itu gereja harus terus memberitakan peristiwa Natal bagi jemaat dan bagi dunia, sehingga banyak orang menyadari kasih Tuhan yang besar dan memperoleh keselamatan hidup kekal. Tetapi ingat, kelahiran adalah hal yang sangat penting, namun kematian dan kebangkitanNya adalah hal yang juga sangat penting, dan keistimewaannya juga sama. Jadi selain Anda istimewakan Natal, istimewakan juga penebusan Kristus atau hari Paskah. Kelahiran, kematian, dan kebangkitan merupakan satu paket dari sebuah peristiwa penyelamatan dunia yang dikerjakan oleh Kristus. Dampak dari kelahiran Kristus ialah salah satunya Ia menuntun Orang Majus melihat Sang Raja atau Mesias yang dijanjikan. Juga Natal menuntun kita untuk datang menyembah Dia. Mengapa Yesus harus lahir? Sudah dinubuatkan dalam Kej 315 Keturunan perempuan meremukkan kepalanya, Yesaya 714 lahir dari perempuan muda dan dinamakan Imanuel, dan masih banyak lagi nubuatan lainnya tentang Yesus. Yesus Datang Memanggil Orang-orang Berdosa Luk. 532. Yesus Datang Menyelamatkan Dunia Yoh. 1247. Yesus Datang Memberikan Hidup-Nya Mrk. 1045. Yang sangat disayangkan adalah Yesus sebenarnya datang kepada umat pilihan-Nya tetapi mereka menolaknya Yoh 19-14. Namun anugerah keselamatan diberikan kepada bangsa-bangsa melalui percaya. Mereka yang percaya diberi kuasa menjadi “Anak-Anak Allah”. Jadi karena Kristus datang ke dunia ini, maka kita dapat memperoleh keselamatan melalui percaya kepada-Nya dengan segenap hati kita, dan kita juga dipakai sebagai mitra Allah dalam memperluas kerajaan Allah atau dalam pekerjaan-Nya. Ada berbagai anggapan makna Natal, yakni Natal sejarah mengagumkan bagi dunia, Natal adalah refleksi kasih bagi dunia Yoh 316, Natal adalah sukacita sejati, Natal adalah anugerah keselamatan, Natal adalah yang tidak berubah datang untuk mengubah dunia yang gelap, dsbnya. Semuanya itu benar. Namun dalam nats ini peristiwa Natal itu menuntun Orang Majus datang kepada Tuhan dan menyembah Dia. Orang Majus dituntun Tuhan melalui bintang. Siapakah Orang Majus ini Orang-orang bijak ini berasal dari Arab, Mesopotamia, Mesir, atau tempat-tempat lain di Timur. “Timur” bukan dalam pengertian kita, pengertian modern, melainkan merujuk kepada negara-negara yang terletak di bagian timur maupun sebelah utara Palestina. Dalam tradisi Kristen, Orang majus dari bahasa Latin magus atau Orang Bijak juga Raja-raja dari Timur sering dianggap sebagai orang dari kerajaan Media, mungkin pendeta Zoroastrian, atau mungkin juga magi bentuk plural dari magus yang mengenal astrologi dari Persia kuno. Tradisi menyatakan ada tiga orang Majus, dan mereka bernama Caspar, Melchior dan Balthasar, yang datang dengan membawa serombongan besar pelayan dan unta. Majus Kata Yunani “μαγο – magos” ditujukan buat para imam, orang bijak, dari Madai, Persia, dan Babilonia. Dalam PB pemakaian kata itu meluas. Kata itu pun ditujukan buat nabi palsu, ahli sihir, ahli nujum, dan sejenisnya Kisah 89; 136,8. Tetapi Orang Majus ini adalah orang bijak dan ahli astrologi atau perbandingan yang adalah raja-raja dari Timur yang dituntun Tuhan melalui bintang untuk mencari bayi Yesus. Melalui kisah orang Majus, kita akan belajar mengenai tuntunan Tuhan yang nyata kepada mereka dan keberadaan mereka yang mau datang menyembah Yesus. Perlu kita ketahui bahwa bukan hanya Orang Majus yang mendapat tuntunan Tuhan melihat Mesias yang lahir, melainkan kita juga akan dituntun Tuhan untuk melihat kemuliaan-Nya. Karena itu, marilah kita bersedia atau memberikan diri untuk dituntun Tuhan sama seperti Orang Majus yang dituntun Tuhan. Arti Judul “Natal menuntun Kita Kepada-Nya” Maksud judul “Natal menuntun kita kepada-Nya” ialah seperti halnya kelahiran Kristus menuntun Orang Majus datang kepadaNya, peristiwa kelahiran Kristus 2000 tahun yang lalu juga menuntun kita untuk datang kepada Tuhan dan melihat kemuliaanNya. Inilah berkat Natal itu, yakni Tuhan sendiri yang menuntun kita kepadanya. Baca juga PENTINGNYA MENGETAHUI TEOLOGI PAULUS DALAM SURAT TITUS Bintang adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menuntun Orang Majus melihat kemuliaan Tuhan, maka Tuhan pun bisa memakai siapa saja untuk bisa menuntun kita atau orang lain datang kepada-Nya. Yang pasti peristiwa Natal itu sebenarnya menuntun kita kepada-Nya sehingga kita dapat memeroleh kemuliaan-Nya, menikmati janji-Nya, dan mendapat hidup kekal bersama Kristus. Maukah kita menjadi bintang bagi orang lain sehingga dapat menuntun banyak orang datang kepada Yesus? Agar Mengalami Tuntunan Tuhan Sebagaimana Orang Majus dituntun kepadaNya sehingga datang menyembah Dia, maka Tuhan juga mau menuntun kita. Namun pertanyaannya, bagaimana agar kita mendapat tuntunan Tuhan seperti halnya Orang Majus? Jika kita membaca Nats ini, paling tidak kita menemukan tiga cara agar kita dapat mengalami tuntunan dari Tuhan melalui berbagai sarana. Marilah kita belajar dari Orang Majus. Untuk itu, ada tiga cara yang dapat kita lakukan melalui belajar dari orang Majus, agar kita mengalami tuntunan Tuhan sehingga kita dapat melihat kemuliaan Tuhan yang nyata seperti halnya Orang Majus melihat kemuliaan Tuhan yang nyata melalui peristiwa Natal, yaitu dengan mencari Hadirat Tuhan Matius 21-2, mengikuti Tuntunan Tuhan Matius 29-10, dan memberi bagi Tuhan Matius 211. Natal menuntun kita kepada kebenaran-Nya. Peristiwa natal itu sendiri, sampai detik ini sebenarnya menuntun kita kepada-Nya, sehingga kita mengalami kasih-Nya dan beroleh damai sejahtera. Berikut adalah penjelasan bagaimana agar kita mengalami tuntunan Tuhan, sebagaimana Orang Majus mengalami tuntunan Tuhan pada momen Natal atau pada kelahiran Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu. I. Dengan Mencari Hadirat Tuhan Mat 21-2 Orang Majus melakukan perjalanan yang panjang mencari Tuhan. Mereka datang dari jauh, dari Timur, mereka rela menempuh perjalanan yang panjang. Kita tahu zaman dahulu belum ada mobil, pesawat, dan motor, kendaraan tradisional yang digunakan ialah unta. Namun kabar kelahiran Kristus menuntun mereka, begitu juga Natal menuntun kita kepada-Nya. Tetapi mereka bukan hanya tiga orang saja, melainkan serombongan yang banyak, yang mungkin adalah pengawal atau pasukan mereka, karena mengingat mereka orang bijak dan raja-raja dari Timur. Mungkin saja ada bahaya di perjalanan yang mereka tempuh karena banyaknya perampok di padang gurun, namun mereka rela melewati padang gurun untuk mencari hadirat Tuhan itu sendiri, yakni di mana Sang Raja atau Juruselamat dunia lahir. Mereka bersedia menempuh perjalanan yang panjang untuk bertemu dengan Yesus. Mereka mengikuti petunjuk Tuhan melalui bintang. Tetapi setelah mereka tiba di Betlehem, bintang itu tidak muncul lagi. Ketika bintang itu berhenti atau tidak muncul, ada teladan yang baik untuk kita terapkan dalam kehidupan kita untuk mencari Tuhan, yakni mereka tidak akan pulang sebelum bertemu dengan Yesus. Meski tanpa petunjuk bintang mereka tidak pulang kembali atau putus asa tetapi mereka tetap mencari-cari. Di dalam ayat 2, dijelaskan upaya selanjutnya yang mereka lakukan untuk bertemu dengan Sang Anak, yakni mereka bertanya-tanya akan tempat kelahiran Kristus. Di sinilah letak keseriusan dari Orang Majus yang dapat kita teladani, mereka tidak putus asa dan mau mencari hadirat Tuhan itu dengan bertanya-tanya. Hal ini tentu mengingatkan kita, sejauh manakah kita mencari hadirat Tuhan? Kita tidak hidup di zaman Orang Majus di mana mencari Tuhan, mereka harus menempuh perjalanan jauh, tetapi sekarang Kristus telah lahir, mati, bangkit, dan naik ke sorga, bahkan gereja-Nya pun ada di mana-mana termasuk di kota tempat kita tinggal. Mencari Tuhan, kita tidak perlu berjalan kaki melewati padang gurun atau melewati berbagai kesulitan wilayah, kita bisa menggunakan kendaraan mobil, motor, atau sepeda untuk menuju gereja lokal tempat kita beribadah. Begitu mudah untuk mencari Tuhan, lantas kenapa ada banyak orang Kristen malas beribadah? Seharusnya tidak ada alasan untuk tidak mencari Tuhan apabila kita melihat sikap Orang Majus yang rela menempuh perjalanan jauh untuk mencari hadirat Tuhan. Apakah karena seolah-olah tidak ada petunjuk lagi lantas kita berhenti? Orang Majus tidak berhenti mencari hadirat Tuhan ketika tidak ada petunjuk lagi melainkan mereka bertanya-tanya. Ketika kita sudah beribadah, sudah berdoa, bahkan sudah melayani tetapi sepertinya Tuhan tidak menjawab doa kita, atau mungkin kita merasa sepertinya Tuhan itu jauh, apa Anda berhenti setia? Banyak orang mulai malas berdoa, malas beribadah, bahkan malas menjaga kekudusan hidup karena sepertinya Tuhan tidak menuntun lagi. Janganlah kita berhenti! Belajarlah kepada Orang Majus ini, mereka inisiatif bertanya-tanya. Karena itu, jangan kita berhenti melakukan aktifitas rohani kita ketika masalah tidak kunjung usai, pertolongan Tuhan tidak kunjung datang, dan tantangan hidup begitu berat. Tetaplah lakukan bagianmu untuk Tuhan, tetaplah berdoa, beriman, dan melayani. Belajarlah kepada Orang Majus, mereka tidak putus asa dan tetap mencari hadirat Tuhan. Natal menuntun kita sehingga kita menemukan hadirat-Nya. Cara untuk mencari hadirat Tuhan Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hati Setialah beribadah, bersaat teduh, dan membangun relasi dengan Tuhan Tetaplah tekun beribadah dan melayani Jangan pernah kecewa atas apa yang engkau alami karena Tuhan sedung membentuk kita Teruslah belajar Firman Tuhan II. Mengikuti Tuntunan Tuhan ay. 9-10 Sudah dijelaskan di atas, meski tidak ada petunjuk lagi, Orang Majus ternyata tidak putus asa. Setelah bertanya-tanya bahkan mereka telah dipanggil oleh Herodes, bintang itu rupanya muncul kembali. Hal ini mengingatkan kita bahwa jangan pernah berhenti mencari Tuhan, sebab akan ada petunjuk lagi dari Tuhan sehingga kita tiba di tempat yang Tuhan kehendaki. Sebab kelahiran-Nya atau Natal menuntun kita kepada-Nya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Tuhan seolah-olah sengaja menghilangkan bintang penunjuk bagi orang Majus sehingga mereka terhambat menemui Sang Anak? Hal ini sama halnya dengan kita ketika mengalami persoalan dan tantangan padahal kita sedang giat-giatnya melayani Tuhan. Mungkin kita akan berkata, mengapa Tuhan Engkau seolah-olah tidak lagi menolong atau tidak lagi memberikan petunjuk kepadaku? Bintang itu hilang atau Orang Majus itu tidak lagi melihat bintang itu agar tersiar kabar di Betlehem, bahwa ada Sang Raja yang lahir di Betlehem, bahkan kabar itu sampai kepada Herodes. Dengan bertanya-tanya akan tempat kelahiran-Nya, sesungguhnya Orang Majus sedang dipakai Tuhan untuk memberitahukan atau memberikan kesaksian kepada kota itu bahwa di Betlehem, di kota itu ada Mesias yang sudah lahir. Peristiwa Natal tidak hanya menuntun orang Majus, juga Natal menuntun kita. Demikian juga kita, Tuhan ijinkan kita mengalami persoalan adalah sebagai bentuk ujian apakah kita masih mencari Tuhan atau tidak, atau agar kita pun menjadi kesaksian kepada dunia, bahwa kita memiliki Tuhan yang setia dengan membuktikan kesetiaan kita kepada Tuhan dalam berbagai persoalan, kesulitan, atau penderitaan. Setelah bintang muncul, Orang Majus pun mengikutinya. Mereka tidak menggunakan nasihat orang lain, atau tebak-tebakan sesuai dengan ilmu mereka tetapi mereka tetap kembali mengikuti bintang itu. Bagaimana dengan kita? Sekian lama kita mengikut Tuhan, masihkah kita tetap meminta tuntunan atau ada dalam tuntunan Tuhan? Atau sebaliknya, malah kita semakin menjauh? Jangan pernah berhenti dengan kehidupanmu tetapi tetap ikuti tuntunan Tuhan. Milikilah ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Apapun yang terjadi, tetaplah ikut Tuhan. Apa akibatnya jika tetap mengikuti tuntunan Tuhan? Pada ayat 9, Orang Majus mengikuti bintang itu, dan bintang itu berhenti di sebuah rumah di mana Anak itu berada. Pada ayat 10, Orang Majus bersukacita karena Natal. Ketika mereka kembali melihat bintang itu, mereka sangat bersukacita. Ada sukacita besar yang akan kita peroleh ketika kita tetap bertahan dan terus hidup dalam tuntunan Tuhan. ay 10. Bila Natal menuntun kita kepada-Nya, maka kita juga beroleh berkat sukacita dan damai sejahtera. Cara supaya tetap ada dalam tuntunan Tuhan atau Natal menuntun kita Nantikanlah Tuhan. Tetaplah menantikan Tuhan dengan selalu meminta kehendak-Nya yang jadi dan tetaplah menjadi pelaku Firman. Peganglah janji Tuhan. Selain menanti-nantikan Tuhan, peganglah janji Tuhan. Ia adalah Tuhan yang setia, pasti akan menggenapi janji-Nya atasmu. Jangan pernah kecewa. Jika ada tantangan, gesekan, atau persoalan, di rumah, sekolah, lingkungan, bahkan dalam pelayanan, jangalah menjadi kecewa, tetapi teruslah hidup takut akan Tuhan. Teruslah belajar. Yang tidak kalah pentingnya ialah teruslah belajar Alkitab dan milikilah pengetahuan Alkitab yang benar. III. Memberi Bagi Tuhan Matius 211 Setelah tiba masuklah mereka ke rumah itu. Jelas sekali Orang Majus menemui bayi Tuhan Yesus, bukan lagi di kandang domba melainkan di sebuah rumah. Dengan kata lain Tuhan Yesus yang lahir di kandang domba tidak lagi berada di situ melainkan sudah di sebuah rumah. Demikian juga kita, Natal menuntun kita untuk datang kepada-Nya dan memberi yang terbaik bagi Dia. Yang menemui bayi Tuhan Yesus di kandang domba adalah gembala-gembala Luk 2-10. Orang Majus tidak bersamaan dengan gembala-gembala menemui Tuhan Yesus, melainkan secara terpisah. Kira-kira berapa usia Tuhan Yesus ketika Orang Majus menemuinya? Orang Majus menemui Tuhan Yesus di rumah, bukan lagi di kandang domba. Kata “Anak” bukan lagi menunjuk kepada seorang bayi, melainkan menunjuk kepada seorang yang telah berusia satu tahun ke atas. Perjalanan Orang Majus membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tiba di Betlehem, atau bahkan tahunan. Dapat diperkirakan Tuhan Yesus sudah berumur dua tahun ketika mereka menemuiNya. Bisa jadi Yesus berumur dua tahun karena Herodes memerintahkan membunuh semua anak di Betlehem yang berusia di bawah dua tahun. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Mat. 216 Hal ketiga yang tidak kalah penting yang dapat kita pelajari dari Orang Majus ialah mereka mau memberi bagi Tuhan. Orang majus memberi di sini bukan asal, biasa, dan yang penting sudah memberi. Tetapi memberi yang terbaik bagi Tuhan. Apa yang mereka beri? Ada dua hal yang mereka beri kepada Tuhan sebagai pemberian yang terbaik. Pemberian Orang Majus yang terbaik ialah Diri mereka sendiri mereka datang menyembah Dia. Perjalanan jauh yang ditempuh oleh mereka, ternyata bukan sebagai perjalanan biasa melainkan perjalanan keagamaan untuk bertemu tokoh yang besar. Tokoh inilah yang telah dinubuatkan dalam PL yang mereka pelajari selama ini. Sebagai ahli perbintangan atau astrologi, ilmu mereka tidak mereka gunakan untuk hal yang sia-sia, justru mereka gunakan untuk mencari kebenaran sejati. Berbeda dengan orang cerdas jaman sekarang ini. Mereka menggunakan keahlian mereka untuk menentang kebenaran Alkitab. Terbukti adanya teori big bang, revolusi, dan sebagainya ,yang membuat mereka menolak bahwa Tuhan sebagai pencipta. Bahkan banyak di antara mereka menjadi atheis. Tidak dengan Orang Majus, ilmu mereka dan bahkan hidupnya, mereka bawa kepada Tuhan. Mereka datang dari jauh untuk menyembah Tuhan. Mereka datang untuk mempersembahkan hidup mereka sebagai penyembah Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka melalui menyembah Dia. Kelahiran Kristus atau Natal menuntun Orang Majus, juga kelahiran Kristus atau Natal menuntun kita untuk menyembah Dia. Memberi materi emas, kemenyan, dan mur. Selain mereka menyembah Dia, ternyata mereka juga sudah mempersiapkan persembahan yang terbaik bagi Tuhan yakni emas, kemenyan, dan mur. Menurut legenda Emas dipersembahkan oleh Melkhior, orang Persia, berambut putih; Kemenyan dipersembahkan oleh Gaspar, orang India, badan bersih yang kemerah-merahan; Mur dipersembahkan oleh Balthasar, orang Arab, hitam dan berjanggut lebat. Mur semacam obat, Mrk 1523. Emas, kemenyan, dan Mur bukan barang murah pada zaman dahulu melainkan barang mahal. Jadi mereka memberikan yang terbaik. Emas – barang berharga; Kemenyan – wangi-wangian; Mur – minyak urapan. Kita pasti tahu apa itu Emas, sebab dari dulu hingga sekarang, emas masihlah berharga. Tetapi apa itu kemenyan dan Mur? Kemenyan Kemenyan, bahan ini merupakan getah keras yang berasal dari beberapa macam pohon tertentu, khususnya Boswellia Carterii, B. Papyrifera, dan B. Thurifera , yang terdapat di Arabia bagian barat-daya, Etiopia dan India. Kemenyan menjadi sumber kekayaan para pedagang yang menempuh jalan perdagangan kuno dari Arabia Selatan ke Gaza dan Damsyik Yes 606 Kemenyan menjadi salah satu unsur ukupan yang kudus Keluaran 3034 dan dibakar pada saat korban sajian dipersembahkan Imamat 615, kemenyan tulen dibubuhkan di atas setiap susunan roti sajian di Kemah Suci Imamat 247. Mur Mur adalah getah dari torehan batang dan cabang suatu pohon yang rendah yang disebut Commiphora myrrha dulu Balsamodendron Myrrha atau Chommiphora Kataf. Kedua tumbuhan itu asli Arabia Selatan dan bagian Afrika yang berdekatan. Getah menetes dari pohon dan menjadi kental dan berwarna kuning coklat dan berminyak. Mur adalah jenis “Damar” dari getah dari torehan batang dan cabang suatu pohon yg rendah semacam pohon balsem yang berduri dan keras kayunya disebut Commiphora abyssinica atau Commiphora myrrha dulu Balsamodendron myrrha atau Commiphora kataf. Getah menetes dari pohon dan menjadi kental berwarna kuning coklat dan berminyak. Getah-nya ini rasanya pahit dan berbau wangi. Pohon ini tumbuh di Arab-selatan dan bagian Afrika yg berdekatan Mur digunakan untuk membuat minyak urapan kudus Kel 3023-33 Mur dinilai tinggi karena harum baunya Mazmur 459, Amsal 717, Kidung 36; 414; 55, 13, dipakai untuk wangi-wangian perempuan Ester 212 dan kosmetik. Untuk melihat kemuliaan Tuhan, tidak cukup kita mencari dan mengikuti tuntunan Tuhan, harus disertai memberi yang terbaik untuk Tuhan sebagaimana Orang Majus juga memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Ada harga yang harus kita bayar ketika kita mengikut Tuhan. Maukah kita berkorban perasaan, pikiran, fisik, maupun harta? Berilah yang terbaik bagi Tuhan, maka kita akan mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Baca juga 5 FAKTA ATAU BUKTI YESUS BENAR-BENAR MATI DISALIBKAN DI ATAS KAYU SALIB Untuk mengalami tuntunan Tuhan, tidak bisa tidak, kita harus belajar untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan. Sebab kita akan berkenan di hadapan Tuhan ketika kita selalu memprioritaskan Tuhan. Bahkan Ia akan memakai dan menuntun kita hingga kita kembali berpulang kepada-Nya. Berilah yang terbaik bagi Dia Matius 633. Kesimpulan Belajarlah kepada Orang Majus yang mendapat tuntunan menemui Raja di Atas raja. Untuk mengalami tuntunan Tuhan sebagaimana Orang Majus di tuntun Tuhan atau sebagaimana kelahiran Kristus atau Natal menuntun kita pada pengenalan yang benar. Maka Marilah kita mencari hadirat Tuhan. Teruslah mencari Tuhan atau tetap setia kepada Tuhan apapun yang terjadi, sebagaimana Orang Majus mencari Tuhan. Marilah kita mengikuti tuntunan Tuhan. Jangan pernah mundur dan teruslah berharap pada tuntunan Tuhan. Dan yang perlu kita lakukan adalah tetap Marilah kita memberi bagi Tuhan. Memberikan yang terbaik bagi Tuhan ialah melalui hidup kita dan apa yang kita miliki. Tuhan mau kita memberi yang terbaik baginya dan menerima yang terbaik bagi Tuhan. Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan berjudul “Natal Menuntun Kita Kepada-Nya” ini, tanpa seijin penulis Jika Anda merasa diberkati dengan artikel berjudul “Natal Menuntun Kita Kepada-Nya” ini, bagikanlah artikel ini kepada sahabat, keluarga, dan rekan-rekan Anda. Jangan lupa, Like Sukai Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik. Jangan berhenti di tangan Anda, tetapi bagikanlah artikel Natal Menuntun Kita Kepada-Nya ini, melalui sosial media Facebook, Twitter, Google+, dll. Anda. Sebab dengan demikian, Anda juga sudah berpartisipasi dalam mengajarkan kebenaran Alkitab. Selain itu, teruslah bertekun dalam Kristus. Tuhan Yesus Memberkati …!!! Jangan lupa, kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara. Bom Di Malam Natal, Kisah Sang Pahlawan Kemanusiaan Kiat Si Bodoh yang Menjadi Miliarder 8 AKIBAT MENOLEH KE BELAKANG, PENTING DISIMAK Menoleh Ke Belakang? Milikilah Ketaatan… Melayani Dibutuhkan Tindakan Kepedulian Nataladalah hari kelahiran Tuhan Yesus, di mana Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Anak-anak mungkin akan sulit mengerti jika membahas tentang hukuman dosa. Para orangtua bisa menggantinya dengan menyebutkan bahwa Yesus lahir karena Yesus sayang dengan anak-anak. Makna Natal yang sesungguhnya adalah makna Natal yang sejati, khususnya bagi orang Kristen atau orang percaya, yang didasarkan pada kebenaran Alkitab sebagai firman Tuhan. Makna Natal yang sesungguhnya atau makna Natal yang sejati, sangat perlu untuk kita ketahui. Sebab bagi kita orang percaya, Hari Natal sejatinya bukan sekedar hiruk pikuk pesta atau perayaan keagamaan, melainkan sarana perenungan atau refleksi diri. Maka makna Natal yang sesungguhnya atau makna Natal yang sejati menjadi penting bagi kita, sehingga kita dapat merenungkan atau merefleksikannya dalam hidup. Seperti kita tahu, dewasa ini Natal sudah menjadi hari perayaan yang universal, bukan lagi hanya perayaan keagamaan umat kristiani. Baca juga 10 Khotbah Terbaik Tentang Natal Kendati banyak orang di luar umat kristiani yang menolak sekedar untuk ikut merayakan natal bahkan untuk mengucapkan Selamat Natal sekalipun, namun tampaknya lebih banyak lagi orang yang terlibat “merayakannya”. “Merayakan” yang dimaksud di sini tentu bukan dalam arti religius, tetapi dalam arti umum, sekedar pesta dan bersenang-senang di hari libur. Baca juga 7 Karakter Tokoh Natal Yang Patut Diteladani Bahkan di beberapa tempat, seperti di diskotik, natal “dirayakan” secara tidak benar, dengan huru-hara, pesta pora dan melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya. Di sisi lain, hiruk-pikuk dan gemerlapnya perayaan natal, sekalipun dirayakan secara benar, dapat mengaburkan makna natal yang sesungguhnya. Baca juga 7 Alasan Mengapa Orang Kristen Merayakan Natal Oleh karena itu, perlu direnungkan kembali makna natal yang sesungguhnya, sehingga esensi natal tidak hilang begitu saja oleh hiruk-pikuk dan gemerlapnya perayaan natal, bahkan oleh “perayaan” natal yang tidak benar. Lalu, apakah makna natal yang sesungguhnya atau yang sejati menurut Alkitab dan pandangan Kristen/Katolik? Artikel ini akan mencoba membahasnya. 1. Natal Adalah Pengorbanan Makna natal yang sesungguhnya atau yang sejati yang pertama adalah pengorbanan. Karena kasihNya kepada manusia yang berdosa, Allah rela mengorbankan anakNya yang tunggal, Yesus Kristus, agar manusia terbebas dari dosa Yohanes 316. Manusia yang telah jatuh dalam dosa seharusnya akan mati menanggung dosa-dosanya, namun Allah yang pengasih dan penyayang rela mengorbankan anakNya yang tunggal untuk mati menggantikan kita. Allah berkorban dalam peristiwa natal. Demikian juga dengan orang-orang pada peristiwa natal, mereka juga turut berkorban. Para majus mengorbankan persembahan-persembahan mereka emas, perak, dan mur Matius 211, sebagai “kado natal” terindah mereka kepada bayi Yesus. Juga Yusuf dan Maria harus berkorban di hari natal. Maria dan Yusuf harus mengorbankan perasaan mereka untuk menerima bayi Yesus yang bukan anak mereka sendiri, dan ketika mereka masih belum resmi berstatus sebagai suami istri. Selain itu, mereka juga harus berkorban ketika pergi dari Nazaret ke Betlehem, di mana Maria dalam keadaan mengandung. Dan ketika Herodes Agung berencana membunuh bayi-bayi di Betlehem, mereka juga harus mengungsi ke Mesir untuk beberapa lama, hingga Herodes Agung meninggal dunia. Sah-sah saja jika kita mengharapkan kado natal pada hari natal. Tetapi alangkah baiknya jika kita juga memberikan kado di hari natal, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Namun yang terutama adalah “pengorbanan” kita bagi Yesus yang telah rela datang ke dunia untuk membebaskan kita dari belenggu iblis dan dosa serta memberi kita hidup kekal di sorga bersamaNya. Pengorbanan apakah yang telah kita lakukan untukNya? 2. Natal Adalah Solidaritas Makna natal yang sesungguhnya atau yang sejati yang kedua adalah solidaritas. Anak Allah yang kudus rela datang ke dunia dan menjadi sama seperti manusia. Dia adalah Allah, yang pada hakekatnya setara dengan Allah Bapa, namun Ia rela mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang manusia/hamba agar bisa mati bagi dosa-dosa dunia Filipi 25-8. Yesus adalah Tuhan, turun dari singgasanaNya di sorga dan datang ke bumi dengan cara berinkarnasi, mengambil rupa seorang manusia dan tinggal di antara manusia Yohanes 11,14. Yesus tinggal di antara manusia yang berdosa, bejat dan memberontak kepada Allah. Ia melakukan hal itu agar Ia dapat melayani manusia dan mati bagi mereka. Itulah sebabnya namaNya disebut Immanuel Tuhan beserta kita Matius 121-23. Lewat natal kita diingatkan untuk menunjukkan rasa solidaritas dan persaudaraan terhadap mereka yang terhilang, miskin, terpinggirkan, dan menderita. 3. Natal Adalah Kesederhanaan Makna natal yang sesungguhnya atau yang sejati adalah kesederhanaan. Anak Allah yang kudus lahir bukan di ibu kota Israel, Yerusalem, atau di ibu kota kekaisaran Romawi, Roma, namun di kota kecil Betlehem Lukas 24-6. Dia juga tidak lahir di istana, namun di dalam palungan, atau tempat makan ternak Lukas 27. Tidak juga di dalam keluarga raja atau bangsawan yang terhormat, juga tidak di dalam keluarga orang kaya, tetapi di dalam keluarga tukang kayu yang sederhana, Yusuf dan Maria. Jika Dia mau, sebenarnya Ia bisa saja memilih lahir di kota besar saat itu, seperti Yerusalem atau Roma, atau lahir di keluarga kaya atau bangsawan, bukan di dalam keluarga tukang kayu yang sederhana. Namun Ia tidak melakukannya. Ia lahir dan hidup secara sederhana. KelahiranNya pun diberitakan bukan kepada para raja, nabi atau orang besar, namun kepada para gembala domba yang sederhana Lukas 28-12. Kita patut merayakan natal secara sederhana, bukan dengan kemewahan, sebab peristiwa natal yang pertama pun sangat sederhana. Tidaklah salah membeli pakaian baru pada hari natal, membuat kue-kue dan makanan yang lezat, menghias gereja dan rumah kita dengan ornamen-ornamen natal, tetapi jangan sampai kesederhanan natal menjadi hilang dari perayaan kita. 4. Natal Adalah Universalitas Makna natal yang sesungguhnya atau yang sejati lainnya adalah universalitas. Natal adalah bagi semua orang dari segala bangsa. Hal ini tampak dari pemberitahuan malaikat kepada para gembala di padang Efrata. Malaikat tersebut mengatakan bahwa kabar yang dibawanya ditujukan bagi segala bangsa Lukas 210. Hal ini juga tampak dari kedatangan para majus dari Timur, yang jelas bukan orang Israel. Mereka datang dari negerinya untuk menyembah Juruselamat yang baru lahir. Mereka datang bukan atas inisiatif mereka sendiri, tetapi karena dituntun oleh Allah sendiri lewat sebuah bintang di langit. Baca 7 Fakta Tentang Orang Majus Yang Perlu Anda Tahu. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memaksudkan natal untuk segala bangsa, termasuk orang-orang majus dari Timur ini. Jadi natal ditujukan bukan hanya kepada orang Israel saja, sebagai umat plihan Tuhan, tetapi kepada semua bangsa di bumi Lukas 230-32. Kita dapat mengundang setiap orang untuk menerima kasih natal tersebut. Siapa saja yang mau percaya dan menerima bayi natal, dapat turut merayakan natal. Pages 1 2 Tidakada yang lebih bermakna pada hari Natal selain belajar lebih banyak tentang Yesus Kristus, Juru Selamat yang kelahiran-Nya kita rayakan. Karena Dia jauh lebih daripada seorang bayi dengan kain lampin, yang terbaring di dalam palungan. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID EwGPNfuJHeUzjH3K3rv-ZM2yQY4Qp2dAgiHMjp02KRkYEwZzZz5kmg== Renungan Sebuah Kisah Natal. Wed, 12/03/2008 - 00:00 — admin. itulah gambaran dan pilihan yang diberikan Allah kepada manusia, dan tentu saja, itulah makna perumpamaan di atas. Perayaan Hari Raya Kristen Sumber. Judul Buku: Edisi Natal Santapan Rohani: Hadiah Terindah . Pengarang: 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID AWc78zRKEgnwQeNPqFR6wrSYlchHYp-zlXaC1ZYyAt-AphrrE6OshQ== Melaluirenungan harian Kristen dapat juga digunakan sebagai bahan Khotbah, saya membawa anda untuk merenungkan 3 renungan yang diawali dengan perenungan akan Injil Yesus Kristus. Tanpa makna, tanpa tujuan yang jelas, yang ada hanya frustasi dan ilusi bahwa semua akan baik-baik saja. Ada dosa di dalam diri kita, ada pemberontakan yang

LENGKONG, - Sajian renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi manusia berdosa yang mengalami keterpisahan dengan kasih karunia Bapa. Menyambut hari raya kelahiran Sang Juru Selamat 25 Desember, mari kita memaknai melalui renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi kita yang penuh dengan dosa, sehingga Allah yang Maha Pemurah mengutus Anak-Nya. Berikut renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi manusia berdosa yang telah mengalami keterpisahan dengan kasih Karunia Tuhan Baca Juga Khotbah Misa Malam Natal Sabtu 24 Desember 2022 Yesus Datang sebagai Raja dan Pembawa Berkat Bagi Kita Manusia Sudah menjadi kebiasaan bagi kita untuk bersenang-senang, bergembira ria, dan bersukacita di saat natal dan tahun baru tiba. Musik dibunyikan, sampai tidak tahu waktu, tidak mengingat tetangga sebelah, apakah dia terganggu atau tidak, yang terpenting, saya bersukacita karena natal. Suasana ini hampir dialami oleh semua umat beriman. Sukacita natal membawa kita kepada sebuah situasi yang terlalu berlebih-lebihan dan dibuat-buat tanpa berlandasan benar dan sesuai konsep natal. Kelahiran memang selalu membawa sukacita dan kegembiraan yang amat besar. Apalagi kelahiran yang dirayakan ini adalah sang Juru Selamat Manusia. Melalui peristiwa ini sebaiknya kita memaknai melalui sajian renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi umat manusia yang penuh dosa. Baca Juga Khotbah Hari Raya Natal 25 Desember 2022 Marilah Kita Pergi ke Betlehem untuk Melihat Apa yang Terjadi di Sana Kelahiran Yesus memang wajib bagi umat beriman untuk merayakannya. Namun satu hal yang harus kita pahami dalam menyongsong kelahiran Yesus adalah makna dibalik peristiwa kelahiran itu. Sudah jauh-jauh hari Tuhan Allah menjanjikan seorang penyelamat bagi Israel. Dari keturunan Daud dan Abraham akan lahir seorang Penyelamat. Dia datang sebagai Raja, Pembawa Berkat, dan Penebus dosa manusia. Apa yang dapat kita maknai dari labelitas yang melekat pada Yesus tersebut? Allah berjanji dan menepati janji tersebut dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus. Namun apakah kita pernah berpikir bahwa dibalik janji itu, dunia sejak dahulu sudah tidak baik-baik saja? Terkini

3 Natal artinya memberi. Natal berbicara tentang misi Bapa bagi dunia, yaitu Bapa di Surga mengutus Misionaris-Nya ke dalam dunia yaitu Yesus Kristus. Ketiga orang Majus datang hanya untuk menyembah dan memberi emas, perak, dan mur. 2000 tahun yang lalu Bapa kita menaburkan benih yang kekal yaitu Firman Allah ke dalam dunia.
Nov 09, 2013 in church Bulan November, hari-hari menjelang Natal. Saya sendiri sudah mulai merasakan kesibukan menjelang hari Natal. Puji Tuhan saya diijinkan untuk bisa melayani sebagai seksi publikasi dan juga pelayan proyektor di Ibadah Natal pada tahun ini. Setiap tahun menjelang hari Natal, seluruh umat Kristen di seluruh dunia menjadi sibuk dengan berbagai macam kegiatan. Mulai dari kegiatan yang bersifat kekeluargaan, perayaan di kantor dan di gereja sampai pada kegiatan yang bersifat keagamaan. Tidak hanya itu saja, mal-mal dan pusat perbelanjaan juga tiba-tiba riuh menyambut kemeriahan natal. Kesukaan Besar Natal Rasakan Kesukaan Besar Natal Suasana natal memang seolah-olah menyulap perasaan kita. Begitu mendengar lagu-lagu Natal yang khidmat dan agung, hati pun terasa sangat teduh. Kita jadi lebih ramah. Wajah pun terlihat lebih cerah dan ceria. Ketegangan hidup seolah-olah berhenti digantikan dengan kedamaian dan keramahan. Hidup serasa jadi lebih indah. Inilah bukti bahwa Natal membawa kesukaan besar. Berbicara tentang natal, tidak dapat dipisahkan dari berbicara tentang kesukaan besar. Kita bisa lihat Natal pertama. Kesukaan besar Natal jelas nyata. Para gembala memperoleh sukacita saat memperoleh kabar tentang lahirnya Mesias, begitu pula Orang-Orang Majus. Dapat kita simpulkan bahwa lahirnya Yesus membawa kesukaan besar Natal bagi orang-orang saat itu. Namun, yang jadi persoalan adalah, ada diantara kita yang telah melewati Natal demi Natal di dalam hidupnya, tetapi tidak pernah merasakan kesukaan besar Natal. Saat suasana natal itu berakhir, tidak jarang berakhir pulalah semua kedamaian dan kesukaan besar Natal itu. Setelah melewati masa liburan tahun baru, maka kita akan masuk kembali kepada kehidupan rutin sehari-hari. Ada banyak alasan mengapa orang tidak bersukacita atau tidak merasakan kesukaan besar Natal. Mungkin ada masalah, kesedihan, kesengsaraan, penderitaan. Tetapi yang perlu kita pahami adalah kesukaan besar Natal kita alami bukan karena tidak ada masalah atau persoalan dalam hidup, justru karena kesukaan Natal itu terjadi di atas segala persoalan hidup. Karena kita tahu bahwa bersama dengan Tuhan kita bisa tetap bersukacita bahkan dalam masalah dan pergumulan. Sebagai orang percaya, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita. Tidak ada suatu hal yang mampu menghapus kesukaan besar Natal. Sebab Allah telah menyatakan kesukaan besar berkelimpahan melalui Yesus Kristus. Kesukaan besar Natal yang tidak dapat dirampas oleh siapapun. Mari rasakan kesukaan besar! Selamat menyambut Hari Natal! Sumber Gambar Recommended for you
Sebenarnyanatal merupakan suatu pemberian Allah yang paling besar bagi umat manusia. Natal merupakan wujud Kasih Allah pada manusia (Yoh 3:16). Natal merupakan motivasi Allah untuk membantu umat manusia. Semenjak kejatuhan Adam & Hawa yang dipikat Iblis dalam nafsu keinginan, Allah selalu peduli pada makhluk ciptaan yang dikasihi-Nya.
RENUNGAN PAGI Filipi 25-8 Merayakan Hari Natal sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang Kristen. Oleh karena itu seringkali makna Natal yang sesungguhnya tidak lagi begitu dipedulikan. Maka wajarlah bila perayaan Hari Natal itu tidak lagi membawa perubahan apa-apa bagi mereka, kecuali keletihan dan anggaran keuangan yang semakin menipis. Hari Natal memang sudah biasa dirayakan, tetapi sebenarnya Hari Natal tetap merupakan hari yang luar biasa. Hari Natal mengingatkan orang-orang percaya bahwa Allah pernah datang ke dalam sejarah umat manusia. Hari Natal bukan sekedar merayakan hari lahirnya seorang bayi yang bernama Yesus, tetapi mengingatkan umat manusia bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Pada Hari Natal hendaknya setiap umat Tuhan tidak hanya berpesta ria, tetapi perlu pula menyisihkan waktu untuk merenungkan secara mendalam akan makna yang terkandung dalam inkarnasi Tuhan Yesus. Allah berfirman melalui Rasul Paulus, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” Fil. 2 5 – 8. Firman Tuhan itu berseru kepada setiap orang percaya untuk meneladani Tuhan Yesus Kristus yang telah berinkarnasi pada Hari Natal. 1. TUHAN YESUS TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI Tuhan Yesus yang di dalam hati dan pikiran-Nya tidak hanya mementingkan diri sendiri, perlu diteladani. Manusia berdosa yang egois dan egosentris cenderung hanya memikirkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Kalaupun ia memperhatikan orang lain, seringkali itu dikarenakan dua hal orang lain itu dapat menguntungkan dirinya atau sebaliknya telah merugikan dirinya. Jadi dengan kata lain, ia memperhatikan orang lain hanya semata-mata demi dirinya sendiri. Sebagai orang-orang yang telah lebih dahulu dikasihi, diselamatkan dan diperbaharui oleh Tuhan Yesus, apakah Anda masih hidup dalam keadaan yang egois dan egosentris? Seharusnya tidaklah demikian! Teladan Tuhan Yesus dalam memikirkan orang lain dan bukan hanya memikirkan diri sendiri harus dicontoh oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya. 2. TUHAN YESUS DATANG UNTUK MELAYANI Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani. Hal ini harus diteladani pula! Sebab memikirkan orang lain secara abstrak saja tidaklah cukup, tetapi harus ada tindakan nyata untuk mewujudkannya. Kalaupun Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan itu, mau datang ke dalam dunia yang hina dan penuh dosa ini, sesungguhnya hal itu sudah merupakan penghargaan yang tiada tara bagi manusia nista. Tetapi yang dilakukannya jauh lebih besar… Ia rela datang untuk melayani Mat. 2028. Apakah manusia bila dibanding dengan Dia yang Mahakudus dan mahamulia? Bila Tuhan Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, tidakkah kita sebagai murid-murid-Nya harus melayani dengan lebih sungguh lagi? Banyak orang yang membutuhkan pelayanan kita, baik saudara-saudara seiman maupun orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Marilah kita melayani dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi kita serta sesuai dengan kemampuan dan talenta yang ada pada kita. 3. TUHAN YESUS RELA MENGORBANKAN DIRI Tuhan Yesus rela berkorban demi umat manusia. Dengan kerelaan-Nya untuk berinkarnasi menjadi manusia, sebenarnya Tuhan Yesus telah memberikan pengorbanan yang besar. Ia tidak terbatas rela menjadi terbatas; Ia yang Mahakaya rela menjadi miskin; Ia yang Mahakuasa dan Mahamulia rela menjadi pelayan. Bukanlah semuanya itu telah menunjukkan suatu pengorbanan yang sangat besar? Tetapi pengorbanan yang Tuhan Yesus berikan jauh melebihi semuanya itu! Ia rela mati di atas kayu salib demi penebusan dosa umat manusia yang seharusnya binasa. Segala hukuman dan derita yang seharusnya diterima oleh umat manusia telah dipikul-Nya sendiri di atas kayu salib, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tuhan Yesus datang ke dunia pada hari Natal adalah untuk menebus dosa manusia melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Pelayanan yang berarti senantiasa menuntut adanya pengorbanan. Pengorbanan Kristus yang tiada taranya itu telah membuka lembaran baru bagi manusia. Ia memberi kehidupan yang penuh pengharapan bagi manusia yang sudah tak berpengharapan. Bagaimana respon Saudara dan saya, orang-orang yang telah diselamatkan-Nya? Apakah ada kerelaan di hati kita untuk berkorban bagi Tuhan, pelayanan dan sesama manusia? Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang terindah dalam hal kerelaan berkorban. Tidakkah kita mau meneladani-Nya? Bagaimana kita menghadapi Hari Natal yang merupakan peringatan akan inkarnasi Tuhan Yesus? Mungkin saja Hari Natal ini akan berlalu seperti tahun-tahun kemarin tanpa memberikan dampak dan perubahan yang berarti dalam hidup kita. Tetapi bukan tidak mungkin Hari Natal kali ini mendatangkan berkat Tuhan dan dampak positif dalam hidup kita. Semua itu terpulang kepada bagaimana kita melalui Hari Natal dan bagaimana pula respon kita terhadap Yesus Kristus yang telah berinkarnasi di Hari Natal. Good morning. God bless you. Andreas Loanka Bagisebagian orang, makna hari Natal adalah hari libur menjelang akhir tahun. Bagi beberapa orang lain, ini berarti kesempatan bersenang-senang, bahkan berpesta pora. Bagi yang lain lagi, inilah kesempatan untuk mengeruk keuntungan bisnis sebesar-besarnya dengan menempelkan label Natal pada apa saja yang mereka perdagangkan. Senin, 13 Desember 2021Makna NatalBacaan Alkitab 1 Timotius 112-17Novel A Christmas Carol karya Charles Dickens diterbitkan pada 19 Desember 1843, dan hingga kini selalu dicetak ulang. Novel itu berkisah tentang Ebenezer Scrooge, seorang pria kaya yang sinis dan kikir. Scrooge berkata, “Semua orang tolol, yang ke mana-mana mengucapkan Selamat Hari Natal’, seharusnya ikut direbus dalam puding yang mereka masak sendiri!” Namun di suatu malam Natal, Scrooge berubah drastis menjadi pribadi yang ramah dan bahagia. Dengan humor dan wawasan yang memikat, novel karya Dickens tersebut menangkap dengan baik adanya kerinduan umat manusia di mana saja untuk memiliki kedamaian masa mudanya, Rasul Paulus pernah menentang Yesus dan para pengikut-Nya dengan hati penuh dendam. Ia “berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara” Kis 83. Namun suatu hari ia bertemu Kristus yang telah bangkit, dan jalan hidupnya berubah 180 derajat Kis. 91-16.Dalam surat kepada Timotius, anak rohaninya, Paulus menggambarkan perubahan hidupnya, bahwa meski tadinya ia adalah, “seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, . . . kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus” 1Tim. 113-14. Yesus telah lahir ke dunia ini dan menyerahkan nyawa-Nya supaya kita dapat diampuni dan diubahkan melalui iman kepada-Nya. Itulah makna Natal! Perubahan Perilaku Dimulai Ketika Yesus Mengubah Hati Kita.
Maknanatal yang sesungguhnya berasal dari dalam hati manusia sendiri-sendiri. Bagaimana bisa mengambil arti mendalam tentang kelahiran Yesus. Kemudian, kesederhanaan merupakan hal yang lebih Tuhan sukai. Berikut adalah kumpulan renungan kristen tentang natal terbaru 2022. Judul 1: Renungan Untuk Keluarga
Dec 23, 2014 in church Kelahiran Yesus menjadi satu perdebatan sepanjang masa. Yesus telah lahir di dunia, semua orang setuju dengan hal ini. Namun apakah Yesus benar adalah Allah? Lalu mengapa Allah harus menjadi manusia dan lahir dalam rupa seorang bayi. Apa hubungannya kelahiran Yesus dengan kasih Allah? Mengenai ini, masih banyak yang belum mempercayainya. Semua hal ini rasanya tidak masuk diakal, mustahil rasanya. Tapi tahukah teman-teman, kalau hal yang sama juga dirasakan oleh para gembala di Natal pertama? Kelahiran Yesus dari Mata Gembala Para gembala adalah simbol orang rendah, orang tersisihkan, dan terbuang dari masyarakat. Mereka tidak punya status sosial dan tak layak masuk ke dalam Bait Allah. Dibandingkan dengan orang Farisi yang paham dan hapal Taurat dan nubuatan, para gembala adalah orang bodoh, orang kecil yang tidak paham apa-apa. Pengetahuan mereka pun tidak ada. Makna kelahiran Yesus Di Natal pertama, Malaikat turun dan menyampaikan kabar baik pada para gembala di padang. Allah juga menyatakan tanda berupa sebuah bintang di langit. Orang-orang Majus yang berpendidikan sadar akan tanda di langit dan mencari bayi Raja yang telah lahir. Seisi istana Herodes dan orang-orang Ahli Taurat pun tahu setelah menelisik nubuat-nubuatan para Nabi, bahwa akan lahir seorang Raja dari Betlehem Efrata, daerah terkecil diantara suku-suku Israel. Pengumuman atas kelahiran Sang Raja dan Juruselamat telah terdengar di seluruh tempat, namun siapa yang datang pertama kali? Yang datang hanyalah kelompok gembala di padang. Para gembala telah menunjukkan respon yang tepat atas kelahiran Yesus bagi kita. Kelahiran Yesus Sang Juruselamat mungkin belum sepenuhnya mereka mengerti, namun mereka mau merendahkan diri dan berlutut menyembah bayi Juruselamat. Mereka telah mendapatkan inti kelahiran Yesus, yakni kasih Allah dan hati mereka telah menyambut dan menerima kasih itu. Mereka tahu bahwa Natal jadi bukan karena kita baik dan berharga hingga dikasihi Tuhan, namun hanya karena Allah yang Maha Anugerah. Kelahiran Yesus sungguh ialah suatu misteri, sangat sulit dipahami oleh akal budi dan pikiran kita yang terbatas ini. Namun dengan kerendahan hati mengakui diri berdosa, kita jadi bisa merasakan maksud kelahiran Yesus ini. Dan dengan kesadaran diri itulah, Tuhan akan menuntun dan membantu kita memahami kelahiran Yesus itu. Sebab sesungguhnya Natal tidak hanya kisah Yesus yang lahir di Betlehem, namun juga ketika Yesus lahir dalam hati. Akan datang harinya, ketika Allah menyentuh hati kita, membuat kita menangis mengetahui betapa besarnya kasih Allah itu. Sumber gambar BlogSpot Recommended for you Berbicaratentang makna Natal yang sesungguhnya, banyak orang yang mengaku beragama Kristen pun, ternyata tidak mengetahuinya. Makna Natal yang sesungguhnya semakin teralihkan oleh beberapa hal seperti : promosi-promosi barang-barang dengan diskon spesial di akhir tahun yang ditawarkan oleh banyak pusat-pusat perbelanjaan, Natal seolah makin identik dengan seorang tua gendut berjangkut putih
Maksuddari Allah sendiri adalah supaya perayaan natal yang diketahui dan di beritakan oleh bangsa Israel dan seluruh umat dunia. Semua orang bisa merayakan natal. Siapa yang percaya akan Tuhan, dia dapat merayakan Natal. Natal Memberikan Sukacita Bagi Kehidupan Kristiani Mengapa kita harus bersukacita pada saat hari natal?
Геዘичոмըкт υ ψιቸυтриኮዝΙջажу ጾву фивсуτеврЕтвխтв եժևպаዉо
Ուτէтωψ յ аζօноզይфαтУζиሀո к ըχеКеч ε
Օφяጱէղըլո ኙօснипоΕֆቷዑэслα ፅд миԷдрቡвсутр узυмаሹιзаኒ
Лቆ срС եмамиτиВрዱψиφ кቢкеν μυфи
Iniadalah bulan yang sangat bermakna bagi umat Kristiani karena di bulan inilah kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat yang telah membebaskan kita dari belenggu kutuk dan dosa sehingga dilayakkan untuk masuk ke tahta Allah, bertemu denganNya dan mendapatkan janji keselamatan.
FhfIW.